Jumat, 12 September 2014

Rashomon Gate (Sugawara Akitada #2)

Judul: Rashomon Gate
Judul Asli: Rashomon Gate
Seri: Sugawara Akitada #2
Pengarang: I.J. Parker
Penerbit: Penerbit Kantera (2010)
ISBN: 978-979-19-2405-4
Jumlah Halaman: 573 halaman
Penerbitan Perdana: 2002

Sinopsis

Seorang gadis terbunuh dan seorang pria tua lenyap secara misterius. Serangkaian kasus tadi terjadi setelah teman lama Akitada, Profesor Hirata, memanggilnya untuk menyelidiki teka-teki surat kaleng yang ditujukan kepada salah satu koleganya di Universitas Kekaisaran.

Dengan menyamar sebagai Asisten Profesor, Akitada beserta Seimei dan Tora memulai penyelidikan dari asal keberadaan surat kaleng. Ketika Akitada berusaha menyelidiki orang-orang yang terlibat didalamnya, terjadilah pembunuhan beruntun yang bersamaan dengan itu, saksi-saksi penting kasus tersebut menghilang secara tiba-tiba.

Apakah pembunuhan berantai tersebut terkait dengan kasus surat kaleng yang sedang diselidiki Akitada ataukah hanya kebetulan semata? Atau ada konspirasi lain yang ditujukan bagi Akitada?

Dengan latar belakang Kota Kyoto-Jepang abad 11, kita akan menyaksikan kejeniusan dan ketelitian sang samurai detektif, Sugawara Akitada, dalam memecahkan kasus-kasus tersebut. Kita juga akan tertantang dan ikut menduga-duga kisah akhir buku ini.




Prolog. Sesosok mayat telanjang dan tanpa kepala ditemukan para gelandangan di Gerbang Rashomon. Dilihat dari tangannya yang halus, tampaknya ini adalah mayat seorang bangsawan.

Di novelnya yang kedua ini, pembaca dipertemukan lagi dengan Akitada dan Seimei yang sedang sibuk bekerja di kantor yang berdebu. Keduanya (kini kembali ke Ibukota setelah kasus pencurian upeti dari propinsi Kazusa) 'dibuang' oleh atasannya menjadi Panitera Senior Departemen Kehakiman, mengurusi perkara-perkara remeh yang telah lama mengendap di sana. Namun kemudian karena desakan permintaan tolong dari Hirata, mantan Dosen Hukumnya di Universitas, Akitada kemudian mengambil cuti dan memilih bekerja sebagai asisten dosen di almamaternya. Desakan ini disebabkan karena Hirata tak sengaja mendapatkan surat kaleng pemerasan yang ditujukan kepada salah satu kolega dosennya, entah siapa, dan Hirata menganggap kebijakan Akitada akan mampu menyelesaikan kasus memalukan ini tanpa mencoreng nama baik Universitasnya. Dari penyelidikan yang dilakukannya, Akitada akhirnya mengetahui bahwa kasus pemerasan itu akibat adanya praktek jual-beli nilai dan pengaturan juara umum siswa, tetapi siapa yang menjadi dalang utamanya masih tersamar.

Belum jelas kasus tersebut, Universitas kembali terancam reputasinya akibat kasus lain. Seorang wanita muda terbunuh di sebuah taman di belakang kompleks Universitas. Kecurigaan terarah pada salah seorang dosen musik dan seorang siswa yang tergila-gila pada wanita tersebut.

Tak lama berselang, seorang pengajar utama Universitas juga ditemukan tewas memalukan di kuil dalam halaman Universitas. Apakah dosen ini terlibat perkara jual-beli nilai, ataukah ia yang bertanggung jawab atas kematian wanita muda sebelumnya. Ataukah keduanya telah dibunuh oleh orang yang sama dengan alasan yang sama sekali berbeda. Akitada harus memecahkan belitan kedua kasus ini sebelum orang yang tak bersalah menjadi korban penyiksaan pengadilan, atau yang lebih parah lagi, sebelum jatuhnya korban berikutnya.

Dalam sub-plot misteri novel ini, seorang bocah belia cucu Pangeran yang paling berpengaruh tiba-tiba dibuang untuk bersekolah di Universitas ini dan menjadi murid Akitada. Si Pangeran sendiri dikabarkan tiba-tiba moksa, hilang raganya saat sedang berdoa di ruang kuil yang tertutup yang ditunggui pembantu-pembantunya, sementara mandat dan kekuasaan kepala keluarga Minamoto ini jatuh ke tangan seorang menantu yang sedang diselidiki karena penggelapan kekayaan keluarga. Benarkah sang Pangeran sudah diambil para Dewa, atau penjelasan logis seperti pembunuhan berencana lebih mungkin terjadi. Akitada sangat penasaran untuk mengetahui trik pembunuhan ruang tertutup yang sangat rapi ini, dan satu-satunya petunjuk adalah, si pembunuh tidak menunggang kudanya sendiri, melainkan seekor kuda baru!



Berbeda dengan kasus pertamanya yang terasa datar, dalam novel keduanya ini, berbagai kasus dan petunjuk datang silih berganti, kadang tak jelas mana yang mana. Semuanya saling terkait, bersimpul-simpul tak menentu dan Akitada harus memilah-milahnya dengan teliti sebelum dapat mengurainya. Selain kepandaian Akitada, ada sosok Tora di sini yang asyik sekali diikuti. Penyelidik lapangan kelas utama. Semua permintaan penyelidikan yang diberikan Akitada mampu dilakoninya dengan sangat smooth, lancar jaya, cerdik dan banyak akalnya. Ia mampu membawa dirinya dari golongan masyarakat pinggiran dan gelandangan, hingga berteman dengan cucu bangsawan yang kesepian. Meskipun akhirnya Akitada yang menyusun semua potongan puzzle misteri yang tersedia, tapi Tora-lah (dan Seimei) yang mengumpulkan hampir semua kepingan-kepingannya. Di sini Akitada sendiri malah sedang banyak galau-galaunya. Kisah cinta clbk-nya ditolak oleh si pujaan hati, meski ayah sang gadis sebenarnya sudah memberikan sinyal persetujuan *jyaaaah, romantis beuds*. Selain itu, latar belakang Akitada dan keluarganya lebih banyak digali, sehingga karakterisasinya makin lengkap dan tidak lagi dua dimensi yang tak jelas juntrungannya. Endingnya bagus, seperti juga di novel pertama, semua permasalahan mampu disimpulkan dengan memuaskan, dan sekali lagi, sebuah klan berpengaruh, Klan Minamoto, berhutang budi sangat besar pada Akitada.

Untuk setting dan atmosfer cerita, keluhanku masih sama, terlalu modern dan lebih bernuansa "America-ish" daripada tradisional Jepang, terutama dengan istilah, jabatan dll. Demikian juga tentang deskripsi tentang kehidupan kampusnya.



* * *


Untuk cetakannya, bagus dan jelas, font dan spasi normal. Typo sudah jauh berkurang. Covernya, ala Jepang sih, tapi sama sekali tidak sesuai dengan isi ceritanya. Aku tetap lebih suka cover versi aslinya, yang tampak mirip dengan lukisan-lukisan Jepang kuno dan setema (ilustrasi, font, bentuk judul dan pengarang) untuk semua novel-novelnya.

Novel Rashomon Gate ini sendiri sebenarnya adalah novel Sugawara Akitada yang pertama terbit (meskipun, story wise, ini terjadi setelah The Dragon Scroll). Tampaknya penerbit pertamanya berpendapat lebih mudah menjual cerita dimana ada bagian yang sudah dikenal luas pembaca, yaitu Gerbang Rashomon (yup, ini Rashomon yang sama dengan novelnya Akutagawa dan filmnya Kurosawa). Tapi setelah diambil alih oleh penerbit Penguin, seri ini diterbitkan dalah urutan kronologikal yang benar, The Dragon Scroll, Rashomon Gate, Black Arrow, dst. Sayangnya, Penerbit Kantera mandek menterjemahkan hanya kedua novel ini. Tidak tahu kapan seri lanjutannya akan diterbitkan, dan dicari ebook-nya gak ada yang gratisan. Huiiiksss...... 





1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget