Kamis, 31 Maret 2016

Mata yang Enak Dipandang


Judul: Mata yang Enak Dipandang
Pengarang: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2015)
ISBN: 978-602-03-0045-0
Jumlah Halaman: 216  halaman
Penerbitan Perdana: 2013





Lihat sinopsis
Buku ini merupakan kumpulan lima belas cerita pendek Ahmad Tohari yang tersebar di sejumlah media cetak antara tahun 1983 dan 1997.

Seperti novel-novelnya, cerita-cerita pendeknya pun memiliki ciri khas. Ia selalu mengangkat kehidupan orang-orang kecil atau kalangan bawah dengan segala lika-likunya.

Ahmad Tohari sangat mengenal kehidupan mereka dengan baik. Oleh karena itu, ia dapat melukiskannya dengan simpati dan empati sehingga kisah-kisah itu memperkaya batin pembaca.

15 cerpen, 15 latar, 15 kisah.
Diawali dari pengemis buta yang diperas bocah penuntunnya hingga kisah terakhir tentang rumah-tangga pasangan muda. Meskipun pada tema (hampir) semuanya masih menceritakan kehidupan kaum marjinal, tapi di beberapa cerpen terasa pak AT sedang bereksperimen dengan ide dan media penyampaiannya.

Yang menjadi judul buku ini adalah cerpen pertamanya, Mata yang Enak Dipandang. Di sini seorang pengemis buta membedakan sikap seseorang yang baik dan yang tidak baik dari matanya, orang yang suka memberi akan memiliki "mata yang enak dipandang", katanya. Entah bagaimana ia bisa tahu itu, namun begitulah yang ia percaya. Kalau memang begitu, maka mata si bocah licik yang disewa untuk menuntunnya, pastilah sangat-sangat tidak enak untuk dipandang.

Beberapa cerpen selanjutnya mengangkat pergulatan batin orang-orang pinggiran. Dalam Bila Jebris Ada di Rumah Kami, seorang istri merasa ragu untuk membantu tetangganya yang berprofesi sebagai PSK pinggir jalan, takut bila ia menerima si pelacur, rumahnya tak kan lagi didatangi malaikat pembawa berkah. Di kisah Warung Penajem, yang terjadi lain lagi. Seorang suami harus menerima nasib, bahwa istrinya meminta pesugihan untuk warung mereka, yang harus dibayar dengan badannya sendiri. Saat warung itu semakin maju dan laris, masih nikmatkah nasi yang dimakan bersama? Dalam cerpen Sayur Bleketupuk, seorang ibu memilih "menidurkan" anak-anaknya dengan daun bleketupuk agar mereka tak terlalu kecewa karena sang Ayah tak jua pulang dari kerjanya di proyek jembatan, untuk membawa mereka naik jaran undar. Yang paling sedih adalah cerita Harta Gantungan, di mana seorang tua meninggalkan kebo (kerbau) peliharaannya untuk dana mengurus jasadnya jika ia meninggal kelak, meskipun ia tengah sakit dan butuh uang untuk berobat. Pada akhirnya, seorang cucu keturunannya justru beruntung dapat mengadakan pesta pernikahan dengan hasil penjualan kerbau itu....

Kisah Daruan adalah kisah pengarang gagal yang nyempil di antara kisah-kisah lainnya. Sulitnya menjadi seorang pengarang novel untuk menghidupi keluarganya jadi temanya, dan ketika akhirnya dia mendapati bahwa novel karangannya hanya jadi buku cerita picisan yang dijajakan di stasiun, aku tak tahu pasti apa yang jadi motivasinya membeli semua bukunya itu....

Kekuatan sang pengarang, Bapak Ahmad Tohari ini jelas ada pada cara beliau mendeskripsikan daerah pedesaan dan orang-orangnya. Dalam kumcer ini ada beberapa kisah yang juga menonjolkan kelebihan ini. Yang paling indah mengharukan tentu saja adalah Paman Doblo Merobek Layang-layang. Kemajuan daerah pedesaan memang tak jarang mengambil bayaran yang tak sedikit, dari lingkungan yang tak lagi asri hingga yang terburuk, sifat-sifat seseorang pun dapat berubah menjadi lebih kasar dan keras. Lalu pada kisah Rusmi Ingin Pulang, kisah pergunjingan masyarakat pedesaan ditekankan saat seorang Rusmi -yang digosipkan jadi perempuan penghibur di kota- ingin balik ke desanya. Cerita yang tajam dan manis, sayang endingnya terlalu manis malah jadi tidak berkesan. Lain lagi dalam cerpen Kang Sarpin Minta Dikebiri. Kang Sarpin, si gemblung yang rada mata keranjang ini, meninggal kecelakaan saat sepeda yang membawa kekuintal beras di boncengannya, oleng dan tersambar truk dalam perjalanan ke pasar. Yang bikin cerita adalah, Kang Sarpin ternyata sudah tobat main perempuan dan malam sebelumnya minta dicarikan dokter untuk mengebirinya. Eaalaaaah, dasar gemblung! Satu lagi kisah dari pinggiran desa adalah Akhirnya Karsim Menyeberang Jalan. Dalam kisah ini, sudut pandang penceritaan ada pada Karsim, yang sudah meninggal tertabrak saat akan menyeberang jalan. Arwah Karsim melayang-layang menyaksikan kematiannya, raganya dimandikan dan dikafani, istrinya yang tersedu-sedu, dan orang-orang yang melayatnya. Saat keranda jenazah membawa raganya menuju tanah kuburan, sontak para sopir yang biasanya melaju memenuhi jalan, memelankan deru kendaraan mereka, memberi kesempatan kepada rombongan. Akhirnya, Karsim dapat menyeberang jalan. Ironis. 

Tema berlatar religius juga sering diangkat dalam kisah-kisah yang ditulis Pak AT. Di sini ada beberapa cerpen yang bernafaskan religi namun digarap dengan unik. Yang pertama adalah Penipu yang Keempat. Cerpen ini mengisahkan tentang seseorang yang mengutuk para penipu yang berdalih meminta sumbangan untuk amal ini dan itu. Setelah menelanjangi tipuan-tipuan ketiga penipu/peminta sumbangan yang datang padanya, ia kemudian juga memaparkan dirinya sebagai penipu yang keempat, yang paling pandai dan beruntung dari semuanya, karena ia merasa telah menipu Tuhan, karena beramal dengan niat yang tidak tulus. Ha!! Di cerpen Pemandangan Perut yang jadi favoritku, terasa karya AT yang lain. Di sini tentu saja masih ada karakter-karakter tokoh-tokoh 'wong cilik'-nya, namun pengisahannya terasa sedikit sentuhan kisah fantasi, magic-realism, surealisme, namun dengan latar mirip nada kisah Hidayah. Aku suka kisah ini. Meskipun pendek namun menohok dengan sindirannya. Salam Penyangga Langit adalah cerpen lain yang juga sedikit berkesan religius-magic realism. Seseorang yang tertidur kelelahan dalam sebuah majelis pengajian, (bermimpi?) bertemu malaikat penyangga langit dan berdialog dengannya. Unik dan tak sering menemukan kisah dengan topik seperti ini dari sang pengarang

Tapi dari semuanya, kisah Dawir, Turah, dan Totol-lah yang paling tampak cara eksperimentalnya. Kisah tentang sebuah keluarga yang tinggal di emper terminal yang akan digusur ini, ditulis tanpa tanda kutip penanda kalimat langsung, dalam kalimat-kalimat pendek, dan menggunakan parafrase yang tak biasa. Kisah si Dawir, Turah dan Totol yang sudah membikin iba, terasa semakin membuat miris dengan penulisannya yang seperti ini. TOP. Dua jempol buat cerpen ini.

Kumcer ini ditutup dengan cerpen paling panjang di buku, yang berjudul Bulan Kuning Sudah Tenggelam. Kisahnya tentang rumah tangga sepasang pengantin muda yang dilanda dua badai berat, permintaan orang tua si istri untuk pindah ke rumah baru yang dibangun oleh sang mertua, dan badai orang ketiga yang hadir di antara keduanya. Bagus sih sebenarnya, tapi kurang berkesan bagiku. Tema seperti ini lebih kusukai yang mendayu-dayu dan (biasanya) ditulis oleh seorang pengarang perempuan pula, jadi lebih pas mendapatkan emosinya. 


Kumcer ini kubaca sekalian untuk Posbar #BBILagiBaca. Seharusnya saat sedang membaca, aku juga harus men-twit progres baca dan hal-hal lain yang berkesan tentang buku ini. Tapi karena satu dan lain hal (sibuk) (malas) akhirnya hanya sempat mentwit pada hari pertama saja.



Jangan lupa, baca juga review buku Pak Ahmad Tohari lain yang dibaca dengan Kak Lila dan Mbak Vina, karena kita janjian membaca karya Pak AT untuk event BBI kali ini. Ini dia link-nya:

1. Alvina : Lingkar Air Lingkar Tanah
2, Lila: Orang-orang Proyek

Untuk review-ku pada beberapa novel Ahmad Tohari yang lain, bisa di baca di sini (Lingkar Tanah, Orang ProyekBekisar Merah, Bukit Cibalak).







https://www.goodreads.com/review/show/1579462100

10 komentar:

  1. Pada banyak baca bukunya AT yak..
    Oke review kalian berhasil meracuniku dari kemarin: kebayang2 mulu mau mulai baca bukunya AT atau kagak. xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... memang tujuan kita untuk meracuni kok mbaaak... *yes, berhasil!!* :))

      Hapus
  2. Eh, judul mata yang enak dipangan itu juga judul salah satu kumcernya? #komensotoy #nggabacareviewdariawal #meletalayamaneko :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. *gebyur banyu*

      iya, itu judul cerpen pertamanya, yg ttg pengemis buta itu...

      Hapus
  3. Mbak, kamu baca juga ga yang versi Inggrisnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. niatnya sih begicu mbades, tapi baru nyampe cerpen 3 atau 4 gitu, trus kelamaan... terus... terus... diambil pulang sama si ijak.... -_-

      Hapus
  4. Banyak yang baca buku ini, oke saya akan segera membaca Ronggeng kalau begitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masdiii.... masdi ke mana aja gak pernah keliatan??
      Kl mo baca rdp, kabar2i ya... baca bareng kita... itu novel AT yg kutunda-tunda terus...

      Hapus
    2. Ikuuuttt....baca bareng RDP... kapan??

      Hapus
  5. Hee....mbak Cyn, begitu baca review mu, aku baru tahu ini buku kumcer ternyata... kirain tadinya novel, ngahahaaaa... *plaks*

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

My Recent Pages

Recent Posts Widget